Sementara itu, Maraya Scraf hadir dengan koleksi kerudung bernuansa elegan dan kaya motif. Brand ini mengedepankan desain yang memadukan unsur tradisional dan modern sehingga cocok untuk dipakai sehari-hari maupun acara formal. Pilihan warna yang lembut dan motif yang unik membuat produk Maraya Scraf disukai pengunjung dari berbagai usia.
Menarik pula adalah partisipasi Pala Nusantara, produsen jam tangan kayu dan aksesoris dari bahan alami seperti kayu maple dan sono keling. Mereka juga memanfaatkan limbah botol plastik sebagai bahan baku casing ponsel, memperkuat identitas mereka sebagai brand yang mengusung prinsip sustainable design. “Pala sebenarnya bukan hanya berarti buah pala, tapi juga menjadi simbol dari alam dan budaya lokal yang ingin kami angkat,” jelas Nimas, staf dari Pala Nusantara.
Di ajang ini, Pala Nusantara turut memperkenalkan kampanye Buah Tangan Nusantara yang menjadi tagline produk mereka tahun ini. Konsep ini menggabungkan produk suvenir dan nilai-nilai pariwisata, menjadikan produknya bukan hanya fungsional tapi juga representatif dari kekayaan lokal.
Pameran ini mendapat sambutan meriah dari pengunjung. Irene, salah satu pengunjung asal Padalarang, mengaku antusias melihat keberagaman produk yang ditampilkan. “Seneng banget bisa lihat produk lokal yang kualitasnya bagus-bagus. Dari makanan, fashion, sampai aksesoris—semuanya kreatif dan layak dibeli. Semoga acara kayak gini makin sering,” ungkapnya.
PKJB 2025 menjadi bukti bahwa UMKM Bandung tak hanya mampu bertahan di tengah tantangan zaman, tapi juga berkembang melalui inovasi dan pemanfaatan identitas lokal. Para pelaku usaha kecil kini tak sekadar menjual produk, tetapi juga menawarkan cerita, misi sosial, dan kontribusi nyata terhadap lingkungan dan pemberdayaan komunitas.