“Kalau mau jalan mantap, anggarannya juga harus memenuhi kebutuhan minimal. Namun tren anggaran sempat menurun,” ungkapnya.
Didi mencatat, tujuh tahun lalu, anggaran peningkatan jalan sempat menyentuh angka Rp970 miliar, namun sempat turun hingga Rp220 miliar. Tahun ini, alokasi anggaran mencapai sekitar Rp440 miliar, naik dari tahun sebelumnya.
Selain jalan, Didi juga menyampaikan terkait kondisi kirmir (struktur penahan tanah di tepi saluran air) yang banyak jebol akibat cuaca ekstrem.
“Curah hujan tinggi yang tidak menentu memperburuk kondisi, sementara di banyak titik, kirmir ditempati oleh warga karena keterbatasan lahan. Ini bisa menimbulkan bahaya baru,” jelasnya.
DSDABM mencatat, jumlah pengaduan dari masyarakat mengenai kerusakan jalan telah menurun signifikan sejak dibukanya hotline pengaduan.
“Hari pertama bisa sampai 400 pengaduan, sekarang tinggal 3 sampai 6 laporan per hari,” kata Didi.
Kendati demikian, jenis pengaduan kini bergeser dari jalan berlubang ke jalan yang bergelombang, yang memerlukan penanganan peningkatan kualitas, seperti overlay atau pelapisan ulang.
Bagi masyarakat yang ingin melaporkan kerusakan jalan, saluran air, atau infrastruktur sejenis, DSDABM telah menyediakan saluran pengaduan melalui hotline atau kontak pengaduan DSDABM maupun melalui aplikasi SIMKURING Kota Bandung. ***