Ketika harga saham turun, mereka melihat kesempatan untuk membeli “barang bagus” dengan harga murah. Saat pasar pulih dan harga kembali naik, keuntungan pun datang. Strategi ini dikenal dengan istilah buy the dip — membeli saat pasar sedang melemah.
Pasar saham Indonesia telah membuktikan ketangguhannya dari waktu ke waktu. Setelah krisis moneter 1998, pandemi global, hingga gejolak ekonomi dunia, IHSG selalu bangkit dan mencatat tren pertumbuhan jangka panjang. Artinya, kesabaran dan konsistensi lebih penting daripada panik setiap kali pasar bergerak.
Cara Bijak Menghadapi Naik-Turunnya IHSG
Kamu tidak perlu menjadi ahli ekonomi untuk memahami logika pasar. Kuncinya adalah disiplin dan strategi. Salah satu metode populer adalah cost averaging, yaitu berinvestasi rutin dalam jumlah tertentu tanpa peduli harga sedang naik atau turun. Saat harga turun, kamu mendapat lebih banyak saham; saat harga naik, nilai investasimu tumbuh stabil.
Selain itu, diversifikasi juga penting. Jangan menaruh seluruh dana di satu saham atau satu sektor saja. Kombinasikan dengan investasi lain seperti reksa dana, obligasi, atau emas untuk mengurangi risiko.
Dengan cara ini, kamu tidak perlu menebak-nebak kapan IHSG akan naik atau turun. Fokuslah pada jangka panjang, karena sejauh ini, arah besar pasar saham Indonesia selalu mengarah ke pertumbuhan.
Fluktuasi pasar bukan tanda bahaya, melainkan tanda bahwa ekonomi sedang hidup. Naik-turunnya IHSG menggambarkan reaksi pasar terhadap kabar baik dan buruk, serta bagaimana investor menilai masa depan.






